Hakihat Hati dan Roh

HAKIKAT HATI DAN ROH
Hakikat Hati

Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna HATI pada hadits ini.


Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah al-kabd”.[1]




Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?


Bahasa Arab mengenal al-kabd dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, al-kabd adalah jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

Hakikat Ruh dalam al-Quran dan Ayat 85 Surah Isra

Mengenai hakikat ruh ini, pada ayat tersebut, secara umum Allah Swt berfirman, “Katakanlah, ruh itu termasuk urusan [perkara] Tuhan-ku.” Supaya hakikat tentang “urusan Ilahi” ini menjadi jelas bagi kita, kita dapat merujuk pada sebagian ayat-ayat seperti, “Sesungguhnya perkara-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia.” Urusan-Nya adalah demikian, bahwa ketika Dia menghendaki sesuatu, hanya dengan mengatakan “Jadilah”, maka sesuatu tersebut akan segera terwujud.


Menurut Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizân, ayat ini menunjukkan bahwa ruh merupakan salah satu dari urusan Allah yang dinisbatkan pada zat-Nya, dan karena yang termasuk dalam “urusan Ilahi” adalah kalimat “kun” (jadilah), yang tak lain adalah kalimat pewujudan dan mengisyarahkan pada perbuatan khusus bagi Zat Ilahi, oleh karena itu, ruh juga termasuk dalam urusan Ilahi dalam skala masa dan tempat, dan sama sekali tidak bisa diperhitungkan dengan kriteria-kriteria materi lain yang manapun.


Dalam al-Quran, ruh ini didefinisikan dengan berbagai intepretasi, salah satunya disebutkan secara sendiri dan secara mutlak, seperti ayat di atas. Demikian juga kadangkala disebutkan bersama malaikat, dan terkadang dikatakan sebagai sebuah hakikat yang akan ditiupkan pada manusia secara umum, suatu waktu juga merupakan sebuah hakikat yang menyertai orang-orang beriman, dan kali lain sebagai sebuah hakikat dimana para nabi berinteraksi dengannya.[2]


[1] http://www.tqnmargadana.blogspot.com
[2] www.islamquest.net